Search

Thursday, August 14, 2025

STOP CHASING, START LIVING

 


Rani Rachmani Moediarta's post


Stop Chasing, Start Living!
Air hangat merebak di kedua mataku ketika menyimaknya. Satu kalimat saja yang bagaikan ketukan perlahan di pintu hati. "Stop chasing, start living!"
Kala itu aku tengah risau galau berat karena mengejar-ngejar yang tak pasti. Bila kulihat dari titik pandangku saat ini, kondisiku waktu itu tidak buruk-buruk amat. Anakku sudah kuliah di perguruan tinggi idamannya dan menikmati pilihannya. Mantan suamiku menjamin seluruh biaya kuliah dan hidup anaknya. Aku hanya perlu menghidupi diri sendiri dengan bekerja lepasan menerjemahkan buku sambil menerima pekerjaan ringan dsn riang dengan upah jalan-jalan keliling Eropa Barat. Rezekiku lebih dari cukup karena dari kecil aku biasa hidup sederhana, sengsara malah. 🫣🤣
Dari luar aku terlihat tegar sebagai single parent dengan anak yang membanggakan dan pintu rezeki yang selalu terbuka. Tetapi aku punya harapan dan keinginan yang diam-diam sedang kuperjuangkan. ... Harapan dan keinginan yang membuatku kerap merana, bersedih, merasa tidak lengkap sebagai manusia, tidak disayang, jablai, ... dan bahkan sebagai korban! Cis! Lebay!
Stop chasing, start living!
Kalimat itu menjewer pikiranku. Kala itu aku tidak sedang menjalani hidup, melainkan berlari teramat kencang melawan kenyataan! Semua yang kumiliki tidak kusyukuri dan kuhargai karena matahatiku nanar mencari-cari yang di luar jangkauan!
Kala itu, situasi di luar terasa menggerahkan perasaan dan aku punya seribu satu cara dan alasan untuk mengeluh, memprotes, menuding-nuding, dan menyalahkan apapun dan siapapun di luar yang kebetulan membuatku tidak nyaman dan ketika kepentinganku terganggu. ...
Ketika aku memprotes dan menuding-nuding keluar, aku sedang menempatkan diriku sebagai korban. Korban perlakuan atau kebijakan seseorang atau korban situasi yang tidak menyenangkanku. Cie-cie, ... Korban, ni ye, ...!? 😛
Padahal, aku pernah tinggal dan berinteraksi dengan warga lokal di banyak negara maju. Setahun di AS, sebulan di Swedia, tiga minggu di Australia, dan kerap mengunjungi kerabat dan kenalan di banyak negara Eropa barat: tidak ada hidup yang sempurna sesuai dengan harapan dan mimpiku. Setiap tempat hidup di muka Bumi ini punya tantangannya masing-masing. ...
Selama kita masih hidup, di mana pun berada, tantangan hidup itu akan selalu menghadang kita. Tantangan itu bukan untuk membebani dan menghentikan kita, tetapi untuk melecut semangat dan agar kita tumbuh sebagai manusia!
Mungkin kawan-kawan sudah pernah mendengar imbauan arif bahwa kita tidak perlu menangis pedih meratapi kehilangan karena yang hilang itu ujung-ujungnya memang tidak baik untuk kita dan memberi kita peluang untuk yang lebih berharga. Atau bahwa kita tak perlu sakit hati bila dikhianati karena sang pengkhianat itu memang bukan sumber kebahagiaan kita. Jangan bertindak norak bila ditolak karena penolakan itu bisa mengarahkan kita kepada yang lebih baik. Dsb, dll. Dst.
Aku sudah hidup lebih dari enam puluh tahun untuk menyaksikan bukti-buktinya dalam hidupku sendiri. Jangan pernah tenggelam dalam kesedihan atau kemarahan terlalu mendalam sampai jadi bebanmu sepanjang jalan seakan segala sesuatu itu harus abadi dan harus persis sesuai kehendak dan seleramu. Segala sesuatu berubah, termasuk situasi dan kondisi yang kita alami, sebaik dan seburuk apapun, dan hanya itu yang pasti di dalam hidup. ...
So?
Stop chasing! Start attracting!
Yang kita kejar-kejar sepenuh nafsu biasanya akan berlari lebih kencang, menjauh, sembunyi, atau tenggelam dalam dinamika kehidupan, atau menjauhi kita. Itulah kerja energi kehidupan.
Bila kita berhenti mengejar-ngejar, apapun itu, siapapun itu, energi kita mulai terhimpun di sini dan pada saat ini. Dengan energi yang bergetar kuat dan jernih di dalam, kita lebih mudah menarik apapun dan siapapun yang kita anggap pantas kita harapkan ke dalam hidup kita. Kekasih, rezeki, peluang, kesempatan, dan kesenangan, dan terutama ... ketenangan!
Jadi ituuuuu! Itu yang membuatku memandang segala sesuatu baik-baik saja, selalu optimis, dan tidak idealistis, utopis, fatalistis, sinis abis. Itu! Bukan karena mau-maunya nyebokin penguasa, ya. 🫣😜
Stop chasing, start living, and attracting!

Copas dari wall Mbak Rani Rahmani M

No comments: