Search

Saturday, August 09, 2025

Validasi Diri

 


Sekitar 3 tahun yang lalu seseorang mencoba melakukan pedekate denganku. Di awal-awal kami berkomunikasi, dia suka, (eh, atau 'kadang' ya?) bercerita tentang perempuan-perempuan yang naksir dia. Aku merasa aneh dengan caranya itu, tapi ya mau bagaimana lagi? Aku mendengarkan saja dia bercerita tentang perempuan-perempuan itu.

 

Eh, if I am not mistaken, dia melakukan hal ini tidak hanya di awal-awal kami berkomunikasi. Beberapa waktu kemudian -- beberapa bulan/tahun -- dia kadang bercerita tentang hal yang sama. Seperti di awal-awal, aku 'sempat' hanya manggut-manggut saja. Hingga satu kali aku merasa I need to say something to him, something like, "are you sure she feels that way to you? Kamu nih gampang amat ge-eran." lol.

 

*****

 

Di satu media sosial aku punya seorang 'kawan' yang suka sekali menyebut dirinya sendiri ganteng. Awalnya, aku pikir dia hanya bercanda karena aku pikir tentu dia sadar diri bahwa dia sebenarnya tidak ganteng. Wkwkwkwk … oh well, I was wrong, bukankah aku selalu mengatakan bahwa 'beauty depends on the beholder'. Bisa jadi ada orang yang memang memandangnya sebagai ganteng ya, meski di mataku dia biasa-biasa saja.

 

Sekian tahun 'berkawan' dengannya di media sosial, ternyata dia sama sekali tidak berubah. Cara menulis statusnya tetap menggunakan diksi ganteng untuk menggambarkan dirinya sendiri. dan, aku masih juga tertawa saat membacanya, karena di mataku dia melakukan itu untuk bercanda.

 

*****

 

Di media sosial yang sama, seorang kawan -- penulis senior dengan inisial RRM -- satu kali menulis bahwa dia dengan mudah ill feel terhadap seorang laki-laki yang sedang melakukan pedekate dengannya ketika laki-laki itu suka -- atau 'kadang' lol -- bercerita ke dia bahwa banyak perempuan yang naksir dia. Buat apa dia bercerita tentang hal seperti itu kepada perempuan yang sedang dia taksir? Untuk meyakinkan diri bahwa dia ganteng? Atau minimal attractive lah ya. Satu hal yang pasti: dia sebenarnya tidak pede pada dirinya sendiri, dia butuh VALIDASI DIRI.

 

Aha!!! Ini dia!

 

Orang yang yakin bahwa dia menarik, tidak perlu berbicara pada orang lain, "I am attractive!" orang-orang di sekitarnya sudah bisa melihat itu. Orang yang memang sukses dalam hidupnya, tidak perlu pamer, dengan mengatakan, "aku sukses loh, aku punya rumah, mobil bla bla bla". Orang-orang yang merasa perlu bilang seperti itu jelas dia sebenarnya tidak yakin pada dirinya sendiri. Hingga membutuhkan validasi dari orang lain. 😅


Mengacu ke seseorang yang melakukan pedekate denganku 3 tahun lalu, dia butuh validasi bahwa dia cukup menarik, sehingga dia perlu bercerita kepadaku tentang perempuan-perempuan yang tertarik padanya, so that I can read between the lines mengapa dia berani mendekatiku: "I am attractive, Na! Many girls are attrated to me!" 😉😎

 

*****

 

Dwi, seorang kawan yang dulu kadang bersepeda antar kota denganku dan Ranz mulai bekerja menjadi guru di satu sekolah yang lumayan bonafide di kawasan DKI Jakarta di tahun 2017. satu kali aku bertanya padanya, "Jadi bagaimana? Sudah adakah satu orang atau lebih muridmu yang menyatakan bahwa dia jatuh cinta padamu?" lol. Dwi Cuma tertawa.

 

Aku cuma bertanya begitu loh, karena merunut ke pengalamanku sendiri sekian puluh tahun lalu: some students said they found me attractive and lovable. Atau, jangan-jangan, pertanyaanku ke Dwi itu juga merupakan bentuk bahwa aku pun butuh pamer? Butuh validasi diri? Lol. But trust me, aku cuma bertanya begitu, aku tidak lalu pamer ada siswa/mahasiswa yang mengajakku ngedate. 😆😆😆

 

MS48 14.18  09 Agustus 2025

 

No comments: